Saya paling ogah ngomongin masalah politik, kenapa ?, itu karena rumitnya mencari sisi sisi kebenaran hakiki, masing pihak mempunyai pembenaran versinya masing masing dan masing masing cenderung menutup diri dari intrusi faham lain, kebenaran menurut mereka adalah sesuai dengan kebijakan partai.
Kebijakan partai di buat oleh para pimpinan partai yg konon katanya berdasar aspirasi, sedangkan aspirasi adalah kumpulan pendapat pendapat yg banyak yg akhirnya diputuskan berdasarkan mayoritas, lalu bagaimana kalau seorang pimpinan partai mempengaruhi pengikutnya dengan segala kekuasaannya untuk mengikuti keinginannya yg dengan tujuan akan di aspirasikan ke atas maka lingkaran “aspirasi” terjadi. Maka bisa diartikan kebijakan dan arah partai adalah representasi dari keinginan segelintir orang saja (dan tentu ini akan di bantah dengan dasar bahwa setiap orang di dalam partai mempunyai kebebasan berpendapat) .celakanya utk bangsa adalah jika partai ini besar dengan kapital dan sumber daya besar namun di pimpin oleh orang orang jahat, maka sudah barang tentu akan ada kerusakan yg dahsyat, korupsi, nepotisme, perjanjian bawah meja, kolusi, kongkalingkong pengusaha penguasa.
karena kebenaran adalah kebijakan partai, maka kebenaran hakiki menjadi bias, bahkan kita melihat partai islam sekalipun, kita lihat pejabat publik dari partai islam korupsi, kita lihat tokoh partai politik islam mencaci memaki dan memfitnah, entah itu karena benci atau karena tidak sesuai dengan pemahamannya, atau karena ingin berkuasa dengan menjatuhkan, lalu dimana ajaran islam yg seharusnya menjadi atributnya yg harusnya menjadi tuntunan hidup karena kebenarannya, rahmatan lil alamin, dan kita membuktikan teori lingkaran diatas dengan bukti jika seorang tokoh partai mencaci maki dan memfitnah akan di dukung oleh pengikutnya. Miris, bukankah yg namanya benar adalah benar dan salah adalah salah, Memaki itu salah, memfitnah itu salah, menghasut itu salah, memperlihatkan aib orang itu salah, iri dengki itu salah, namun dalam partai politik kita hal tersebut jadi abmenjadi abu abu.
Lalu apakah sistem partai politik salah? Tentu saja tidak, banyak negara yang mengadopsinya dan berhasil.
Namun untuk indonesia, banyak yang mengatakan bahwa pemilih kita sudah dewasa, klo menurut saya belum, klo di banding dulu memang ada peningkatan, namun belum dewasa artinya pemilih kita masih banyak yang sekedar ikut ikutan, belum mempunyai kemampuan untuk menentukan pilihannya secara logis menurut keyakinannya sendiri. Contoh yang paling nyata adalah pada pemilihan DKI beberapa waktu lalu, di mana banyak pemilih di takut takuti oleh Banner yg bertuliskan tidak akan mensolatkan jenazah pendukung penista agama, dan kasusnya muncul di tivi yang kebetulan yang mereka maksud penista agama adalah calon gubernur.
Apakah itu salah? Tentu saja salah karena mengurus jenazah apapun background semasa hidupnya hukumnya wajib dalam islam, tapi propaganda ini di makan sama pemilih kita.
Klo boleh me rating pemilih kita, menurut saya masih dalam tingkatan SMP, mengerti namun masih labil, dan partai partai politik mengetahui itu dan mereka memainkan pola pola seperti itu dan isu komunis salah satunya untuk menyerang presiden kita, kita semua sadar dengan segala logika komunis tidak mungkin muncul lagi di indonesia tapi tetap di makan.
Maka pleaaaase dewasalah untuk bangsa ini, banyak mengaji, banyak baca buku agar pintar dan jangan hanya menerima berita dari kolompok medsos kalian saja, cek dan kroscek, verifikasi data, jangan karena uang mengatakan benar atas sesuatu yang salah. Bangsa ini membutuhkan pemilih dewasa untuk berkembang maju.
Di teruskan lagi nanti....
Kebijakan partai di buat oleh para pimpinan partai yg konon katanya berdasar aspirasi, sedangkan aspirasi adalah kumpulan pendapat pendapat yg banyak yg akhirnya diputuskan berdasarkan mayoritas, lalu bagaimana kalau seorang pimpinan partai mempengaruhi pengikutnya dengan segala kekuasaannya untuk mengikuti keinginannya yg dengan tujuan akan di aspirasikan ke atas maka lingkaran “aspirasi” terjadi. Maka bisa diartikan kebijakan dan arah partai adalah representasi dari keinginan segelintir orang saja (dan tentu ini akan di bantah dengan dasar bahwa setiap orang di dalam partai mempunyai kebebasan berpendapat) .celakanya utk bangsa adalah jika partai ini besar dengan kapital dan sumber daya besar namun di pimpin oleh orang orang jahat, maka sudah barang tentu akan ada kerusakan yg dahsyat, korupsi, nepotisme, perjanjian bawah meja, kolusi, kongkalingkong pengusaha penguasa.
karena kebenaran adalah kebijakan partai, maka kebenaran hakiki menjadi bias, bahkan kita melihat partai islam sekalipun, kita lihat pejabat publik dari partai islam korupsi, kita lihat tokoh partai politik islam mencaci memaki dan memfitnah, entah itu karena benci atau karena tidak sesuai dengan pemahamannya, atau karena ingin berkuasa dengan menjatuhkan, lalu dimana ajaran islam yg seharusnya menjadi atributnya yg harusnya menjadi tuntunan hidup karena kebenarannya, rahmatan lil alamin, dan kita membuktikan teori lingkaran diatas dengan bukti jika seorang tokoh partai mencaci maki dan memfitnah akan di dukung oleh pengikutnya. Miris, bukankah yg namanya benar adalah benar dan salah adalah salah, Memaki itu salah, memfitnah itu salah, menghasut itu salah, memperlihatkan aib orang itu salah, iri dengki itu salah, namun dalam partai politik kita hal tersebut jadi abmenjadi abu abu.
Lalu apakah sistem partai politik salah? Tentu saja tidak, banyak negara yang mengadopsinya dan berhasil.
Namun untuk indonesia, banyak yang mengatakan bahwa pemilih kita sudah dewasa, klo menurut saya belum, klo di banding dulu memang ada peningkatan, namun belum dewasa artinya pemilih kita masih banyak yang sekedar ikut ikutan, belum mempunyai kemampuan untuk menentukan pilihannya secara logis menurut keyakinannya sendiri. Contoh yang paling nyata adalah pada pemilihan DKI beberapa waktu lalu, di mana banyak pemilih di takut takuti oleh Banner yg bertuliskan tidak akan mensolatkan jenazah pendukung penista agama, dan kasusnya muncul di tivi yang kebetulan yang mereka maksud penista agama adalah calon gubernur.
Apakah itu salah? Tentu saja salah karena mengurus jenazah apapun background semasa hidupnya hukumnya wajib dalam islam, tapi propaganda ini di makan sama pemilih kita.
Klo boleh me rating pemilih kita, menurut saya masih dalam tingkatan SMP, mengerti namun masih labil, dan partai partai politik mengetahui itu dan mereka memainkan pola pola seperti itu dan isu komunis salah satunya untuk menyerang presiden kita, kita semua sadar dengan segala logika komunis tidak mungkin muncul lagi di indonesia tapi tetap di makan.
Maka pleaaaase dewasalah untuk bangsa ini, banyak mengaji, banyak baca buku agar pintar dan jangan hanya menerima berita dari kolompok medsos kalian saja, cek dan kroscek, verifikasi data, jangan karena uang mengatakan benar atas sesuatu yang salah. Bangsa ini membutuhkan pemilih dewasa untuk berkembang maju.
Di teruskan lagi nanti....
Komentar
Posting Komentar